Friday, July 1, 2011

ASAL USUL DUNIA MENGIKUT KITAB LAMA MELAYU

BAHAWA ini fasal pada menyatakan surat pawang yang pertama-tama keturunan daripada Nabi Allah Adam; dengan berkat mukjizat Nabi kita Muhammad Rasullullah s.a.w; dengan berkat Dato' Kathi Rabul Jalil yang diam di Madinah, yang sembahyang di Kaabatullah; dengan berkat Tok Sheikh Alim Puteh yang bersandar di tiang Arash, yang tahu akan Laoh Mahfuz yang menyuratkan dua kalimah syahadah, yang mengendap di pintu Kaabah; serta dengan berkat Tok Sheikh Panjang Janggut yang diam di Beringin Songsang; serta dengan berkat Tok Kuning Malim Jaya yang berdiam di Gunung Ledang; dengan berkat Tok Puteh Rabun Mata yang diam di Gunung Berapi; serta dengan berkat Tok Malim Karimun yang berdiam di Pulau Karimun; serta dengan berkat Tok Demang Lebar Daun dan diam di Hulu Palembang di lembah Patawalau di Bukit Siguntang tempat pinang beribut; dengan berkat Dang Empuk Dang Malini; dengan berkat sekalian Wali Allah; dengan berkat Ibu serta Bapa; dengan berkat mukjizat Bulan dan Matahari; dengan berkat Daulat Sultan Manikam yang diam di Puncak Arash, yang memegang sekelian benih anak Adam ia itulah adanya.
Tatkala Kelam dikandung Kabut, Kabut lagi dikandung Kelam, lagi di dalam rahim haiwanan Tuhan diam-diam aldiaman. Bumi belum bernama Bumi. Langit belum bernama Langit. Allah pun belum bernama Allah. Muhammad pun belum bernama Muhammad. Arash pun belum, Kursi pun belum. Samad awang-awang pun belum ada, maka sedia terjadi dengan sendiri, yang dijadikan sekalian alam ini; maka ialah Pawang yang Tua adanya.

Maka jadikan Bumi itu selebar dulang, Langit selebar payung, maka iaitu alamnya Pawang adanya, maka datanglah ia berahi sedia itu dengan sendirinya, maka terpancarlah seri manikamnya itu di hati bumi setapak ke dalam itu, tersunjam tujuh petala Bumi, tersondak tujuh petala Langit, maka bergetarlah tiang Arash, maka itulah kudrat Pawang adanya.

Shahdan adalah asalnya Pawang itu terlebih dahulu daripada dahulu, ia itulah Allah serta dizahirkannya dengan cahaya bulan dan matahari, maka iaitu kenyataannya pawang yang sebenarnya pawang adanya.
Menyatakan seri mana manikam itu menjadikan pusat Bumi tiang Kaabah, maka tumbuhlah ia diibaratkan sepohon kayu, di namakan kayu itu Kayu Rampak, Kayu Sinang, Kayu Langkah Langkahpuri, kayu yang tumbuh di halaman Allah maka itulah tumbuhnya; dan empat cawang kayu itu, dan secawang bernama Sidratul Muntahar, dan secawang bernama Taubi dan secawang nama Khaldi dan secawang bernama Nasrun Alam, secawang ke daksina, secawang ke paksina, dan secawang ke masyrik dan secawang ke maghrib, maka barulah bernama empat penjuru alam.
Maka pusat Bumi itulah yang bernama Ular Saktimuna, ialah yang membelit Bumi setapak Nabi itu.
Maka firmah Allah Taala di dalam rahsianya kepada Jibrail, "Palukanlah Aku Ular Saktimuna itu, ambil olehmu besi tongkat Kalimah yang terjuntai di pintu Langit itu,".
Maka diambillah besi itu serta dipalukannya kepada ular itu, maka putus dualah ular itu, sekerat kepalanya ke atas Langit menyentak naik, ekornya ke bawah bumipun menyentak turun.
Dan kepalanya menjadi Jin Sri Alam, lidahnya menjadi Jin Sakti dan benih yang di dalam matanya itu menjadi Jin Putih; dan ruang-ruang matanya itu jadi Dato' Mentala Guru dan cahaya matanya itu jadi sekalian Jin, Jin Hitam, Jin Hijau, Jin Biru, Jin Kuning, dan jiwanya itu jadi Si Raja Jin.
Dan hatinya itu jadi Lembaga Nyawa dan buah matanya itu menjadi limau dan tahi matanya itu menjadi kemenyan; dan selaput matanya jadi kapas; dan hujutnya itu jadi Jin Si Putar Alam. Dan perutnya itu jadi Jin Si Lengkar Alam dan jantungnya itu jadi Jin Bentara Alam dan cahaya manikamnya menjadi Jin Gentar Alam dan suaranya menjadi Halilintar Alam dan cahaya pedangnya jadi kilat. Dan hawa pedang itu menjadi tuju Si Raja Wana.

Dan pedangnya menjadi pelangi dan hulu pedang jadi tunggulnya dan seng-kang hulu pedangnya menjadi bantalnya dan darahnya itu jadi Mambang Kuning dan cahaya darahnya itu menjadi Mambang Sina dan haba darahnya menjadi api. Dan rohnya itu menjadi angin dan zamzamnya itu menjadi air. Dan maninya itu jadi bumi dan sirmaninya itu menjadi besi, dan bulu romanya itu menjadi rumput, dan rambutnya menjadi kayu dan air matanya itu menjadi hujan, dan peluhnya menjadi embun dan sri maninya itu jadi padi dan dirmaninya itu menjadi ikan dan darah pusatnya jadi upas dan penyakit datang daripada sir, penawarnya datang daripada nur. Maka inilah fasal yang ke atas (langit).

Fasal ekornya yang ke bawah tanah menjadi lembaga Adam, yang baharu, maka dinamai uri, tembuni, pusat, tetuban. Maka yang empat inilah menjadi sekelian penyakit yang di bawah. Dan darahnya itu jatuh ke bumi menjadi Hantu Jembalang Puaka dan semangat uri, tembuni, pusat dan tetubannya itu jadi Polong Penanggal.

Dan bulu matanya itu menjadi Jin Bala Seribu. Waktunya seperti kilat manikam itu, ialah menjadi Mambang dan Dewa, duduknya di dalam bulan dan matahari; maka sebab dikatakan dewa dan mambang iaitu tiada mati dan Tok Mambang Puteh itu duduknya dalam matahari dan Tok Mambang Hitam duduknya di dalam bulan.

Dan jikalau ke laut dikatakan Mambang Tali Arus di dalamnya itu. Jikalau ke darat dinamakan ia Tok Jin Puteh Gemala Alam, yang diam di dalam matahari, maka Tok Jin Hitam Lembaga Adam, yang diam di dalam bulan, maka demikianlah aturannya Pawang sekeliannya itu terhimpun kepada kalimah Laillahaillallah….

Empat kudrat Pawang:

Sri Alam – Ruang mata kita

Sri Gentar Alam- Nafas kita

Sri Putar Alam- Jantung kita

Bentara Alam- Nyawa Pawang Tok Kathi Rabun Jalil

Asal Jin dan Hantu

- Jin daripada pancaran manikam.
- Syaitan daripada berahi Adam ketika belum bertemu Hawa.
- Jembalang Puaka daripada uri, tembuni, pusat, tetuban (menjadi nyawa    
  kepada tanah, diam di gaung, gunung, busut, kayu, batu, teras).
Asal Usul Kayangan

Inilah risik Semar Hitam:
Assalamualaikum, Hei Jin Hitam
Jembalang Tunggal, Jin Kuning,
Hei Jin Isma Allah Tunggal.

Tahukah asalmu keluar daripada bayang Allahmu yang bernama Isma Allah nama yang awal lagi dahulu; tatkala asyik-asyikkan dirimu bernama Jin Selenggang Bumi Tunggal rupakan dirimu, maka asyikkan dirimu bernama Raja Jin Sahabak tinggal rupa akan dirimu, asyikkan dirimu di pintu langit yang pertama bernama nenek Berumbung Sakti bertekak hitam berdarah putih bertulang tunggal beroma songsang hulubalang yang asal. Maka tinggal rupakan dirimu masa, maka jatuh dari atas pohon narun-narun (Beringin) bernama Dewana, maka datang oleh Suri Peri yang baik rupanya maka terpandang atipak oleh Dewana maka bercita si keluar mani, setitik. Maka serah gilang gemilang, maka terpandang oleh Suri Peri, maka diambil oleh Suri Peri, maka memiling (bunting) maka keluarlah anak empat orang sehulu-hulu sehilir-hilir akan Dewana tinggal rupakan dirinya.

Maka mengasyik akan dirimu ke mana jatuh ura masa maka kembalilah engkau rupamu bersifat dengan sifat yang kahar rupamu seperti sedia kala, maka bernama Isma Allah tatkala sujud (kepada) Tuhan, maka sekalian lama minta menjadi negeri kayang-kayangan, antara langit dengan bumi maka dibenar oleh Tuhan, maka memohon kepada Tuhan, maka hilang akan dirinya ke mana ja-tuh ura masa, maka jatuh kepada awan yang kuning maka bernama Dewa Asal Yang Tunggal. Maka berikat tapa umur dua belas tahun maka tinggal rupa (beralih rupa) akan dirimu, maka dibangkitkan Aji Pesuna, maka tutup lambongan kiri, tutup lambongan kanan, tujuh-tujuh ikhlas; maka pandang sebelah awun terus ke sebelah awun, pandang sebelah wetan terus ke sebelah wetan, maka pandang sebelah pipiran terus ke sebelah pipiran, pandang sebelah pegalan te-rus sebelah pegalan, pandang turun tujuh petala bumi terus tujuh petala bumi, pandang naik tujuh petala langit terus tujuh petala langit.

Maka dijadikan satu hikmat, maka dijadikan satu negeri kayangan ketujuh, maka masukkan dirimu ke mana jatuh ura masa jatuh di dalam negeri kayangan, di dalam negeri Ratna Gading Petah Tinggi Mutu Manikam, maka dijadi-kan Dewa Bentara Umar ditilik oleh Dewa Bentara Umar aku seorang diri, maka dijadikan Dewa Bentara Guru, maka ditilik oleh Bentara Guru, akulah Dewa Asal yang tunggal, Jin yang dahulu.

Dewa yang asal, akulah mengakukan diri akulah seorang-orang Dewa asal yang tunggal cerah gilang gemilang, terlalu baik rupanya bersemayam terlalu malu akan Dewa yang ketiga, maka sujud, maka lalu berpesan tinggal jikalau rosak di dalam negeri kayangan, disebut akan nama Aku, Isma Allah, nama aku yang asal lagi dahulu, maka masukkan dirimu ke mana jatuhnya ura masa, maka jatuh di dalam awan yang hitam.
Maka bersama Jin Sagebang Langit, sebelah hidung menghidukan langit, sebelah hidung menghidukan bumi, maka tinggal rupa akan dirimu mengasyik tatkala mutu-mutukan alam dunia, maka bernama Jin Hitam Sehalilintar, maka tinggal akan rupa  dirimu maka mengasyik jadi mengambur naik ke kayangan ke tujuh, maka ditilik empat penjuru alam, maka mengambur turun berikat tapa di bawah baloh matahari  jatuh bernamakan Ajai Biku Putih, maka ditinggal ru-pamu mengasyikkan dirimu bernama Anak Jin Sakti Alam Tunggal, maka berdiri di pintu langit sebelah kaki  berdiri di pintu bumi sebelah kaki jatuh ke tanah Jawa, maka bernama Alan Semar.

Asal Usul Manusia

A'uzubillahi minas syaitanirrajim. Bismillahi Rahmanir Rahim. Adapun angin bertiup, ombak berpalu, arash belum bernama arash, kursi belum bernama kur-si, tanah setapak pemberian Tuhan kita singgah, tanah terbalik sehelai akar putus, sebatang kayu rebah, maka adanya pawang yang dijadikan Allah Taala.

"Kun," kata Allah.

"Fayakun," kata Nabi Muhammad s.a.w.

Ada langit, ada bumi dijadikan Allah Taala. Maka bertitah Allah subhanawataala kepada Jibrail (suruh pergi mengambil hati bumi, maka Jibrail pun) sudah pergi tetapi tidak dapat. Kemudian Jibrail balik mengadap Tuhan mengatakan tidak dapat. Kemudian bertitah Allah Taala kepada Mikail menyuruh mengambil hati bumi, warnanya putih. Tetapi Mikail tidak dapat juga, kemudian bertitah Allah Taala kepada Israfil, menyuruh mengambil hati bumi yang berwarna putih, Israfil tidak dapat juga.

Maka bertitah Allah Taala dengan murkanya lalu menyuruh Izrail mengambil hati bumi, maka pergilah Izrail dan tatkala sampai kepada bumi Izrailpun memberikan salam kepada bumi, maka katanya, ""Assalamualaikum, Ya Bumi" dan Bumipun menjawab"Waalaikum salam, wa rahmat Allah, wa bertuah, ya Izrail,".
Kemudian Izrail pun bercakap kepada bumi,"Aku ini datang kepada engkau, aku dititahkan oleh Allah Subhana Wataala mengambil hati engkau."

Lalu jawab Bumi, "aku tidak mau kasi kerana Allah Taala yang membuat dan jikalau engkau ambil hati aku tentu aku mati".

Kemudian Izrail marah, "jikalau engkau kasipun aku ambil juga dan jika engkau tidak kasipun aku ambil juga".
Lantas Izrail menolak bumi dengan tangan kanannya dan tangan kirinya mencapai hati bumi lalu didapatnya, betul juga warnanya putih. Kemudian Izrail mengadap Allah Subhana Wataala menyembahkan hati bumi. Kemudian sudah diterima Allah Subhana Wataala hati bumi itu, maka dipanggil Allah Taala Jibrail. Kemudian Jibrail pun datang mengadap Allah Subhana Wataala, kemudian bertitah Allah Taala," engkau tempa lembaga Adam itu".

Kemudian Jibrail hendak menempa lembaga Adam itu tidak boleh jadi sebab keras, kemudian bertitah Allah Taala, "bubuh air," maka Jibrail membubuh air tetapi terlalu banyak sehingga jadi cair pula. Jibrail mengadap Allah Taala menyembahkan terlalu cair, maka bertitah Allah Taala kepada Jibrail, "bubuh api," kemudian lalulah Jibrail menempa lembaga Adam.

Apabila Adam sudah jadi, Jibrail mengadap Allah Taala meminta nyawa lembaga Adam. Kemudian diberi Allah Taala nyawa kepada Jibrail dan Jibrail pun pegang dengan tangan kanannya nyawa lembaga Adam dan nyawa Sitti Hawa di sebelah kiri, kemudian sampai di tengah jalan dibuka Jibrail tangan kirinya, kemudian nyawa Sitti Hawa balik kepada Allah Taala dan nyawa Adam dihinggapkan ke ubun-ubun lembaga Adam nyawa itu.

Lalu hiduplah lembaga Adam kemudian Sitti Hawapun jadi, kemudian kahwinlah Lembaga Adam sama Sitti Hawa, lalu hamillah Sitti Hawa selama sembilan bulan, kemudian beranak. Tiba-tiba gelap gelita tidak nampak hendak mengerat tali pusat anak Adam itu, lalu Adam mengambil serbannya lalu dikibaskan kepada anaknya. Teranglah, itulah asal terbit badi kepada anak Adam dan urinya anak Adam itu ditimbunkan di dalam tanah dan itulah asal jadi bijih dan daripada cahaya anak Adam itu jadi intan dan darah anak Adam itu menjadi emas.

Adapun terbuat Pawang itu kepada lembaga Adam, adapun sahabat lembaga Adam itu empat orang. Nombor satu namanya Kedus, nombor dua namanya Kedim, nombor tiga namanya Kempas dan nombor empat namanya Merjan, itulah empat orang Pawang yang dijadikan Allah Taala.

Yang nombor satu tinggal di hulu air, nombor dua tinggal di sebelah matahari hidup, nombor tiga tinggal di sebelah matahari mati dan yang nombor empat tinggal di dalam lautan.

Oleh kerana belum ada peralatan yang dicipta untuk mengukur ketepatan, kedalaman, keajaiban, keseraman dan kebenaran ALAM GHAIB, maka saya membawa para pembaca menghayati beberapa kisah misteri yang terselindung di sebalik cerita yang tersurat.

Falsafah saya, "Misteri yang tidak terungkap adalah bahasa bisu yang belum diterjemahkan. Sejarah yang belum ditulis adalah kisah yang terpeta di minda. Kebenaran yang disembunyikan adalah bentuk pembunuhan akal yang paling kejam."

Pembaca bebas memberikan komen dan penilaian terhadap logika akal kerana tidak ada yang mustahil di dalam dunia misteri yang penuh keajaiban, apatah lagi sifat mahkluk halus yang tidak mempunyai jisim dan dunia roh yang hanya diketahui oleh Allah Subhana Wataala. Subhanallah! Masha Allah! Allahuakbar!
Sekian, Selamat Membaca Alam Misteri dan Seram!.

1 comment: